
Perasaan Apa Ini ?
Aku sekarang sedang berada di kamar, ruangan yang bercat putih dengan kombinasi warna abu dan hitam juga di sudut sebelah kiri terdapat area bermusik, disana ada sebuah piano juga gitar kesayanganku. Sambil berbaring aku jadi kepikiran apa yang dikatakan Silvi di sekolah tadi.
“Kenapa gue jadi kepikiran si Helga terus ya? Emang sih dia lucu, cantik, baik tapi masa iya sih gue suka sama dia?” batinku berbicara. “Eh gue mikirin apaan sih, gak gak mungkin gue suka sama Helga. Daripada gue milirin kayak gituam mendingan gue tidur!”ucapku sambil menutupi diriku dengan selimut.
***
Waktu begitu cepat berlalu, tentang perjalanan hidup dan perasaan telah banyak aku lewati. Tidak terasa sekarang aku sudah kelas XI. Tak lama lagi aku akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Dari sekarang aku harus lebih fokus lagi dalam belajar di sekolah demi meraih cita-citaku.
Ketika sampai di tempat parkiran, aku menyipitkan mata ke arah ujung sana, “Itu bukannya Helga kan? Berangkat sama siapa dia?” Memang sudah tiga hari ini aku tidak berangka dan pulang bareng sama Helga lagi dan aku baru tahu ternyata Helga dengan orang lain yang entah di aitu siapanya Helga. Aku tidak terlalu memikirkan hal itu karena Helga juga punya hak kan bareng sama siapa saja jadi aku tidak bisa melarangnya. Aku langsung pergi ke kelas.
“Hel, tadi gue liat lo bareng sama cowok, siapa tuh? Jangan bilang lo udah punya pacar?” ucap Hani seakan menintimidasi Helga. Saat itu sedang berkumpul 6 serangkai di jam istirahat.
“Dia, dia hehe, iya cowok gue. Udah semingguan sih gue jadian sama dia,” jawabnya tersipu malu.
“Parah lo Hel ga cerita ke kita, ngomong-ngomong siapa namanya? Anak kelas mana?” tanya Resa tidak santai.
“Eh guys, gue kebelet pengen ke toilet dulu,” ujarku.
“Lah kenapa dia? Kok pergi gitu aja mana ekspresinya gitu lagi,” heran Lily.
“Gue tau, jangan-jangan dia suka sama lo Hel. Soalnya kebaca aja dia kayaknya lagi cemburu, terus udah tiga hari ini lo gak barengan lagi sama dia kan?” tebak Bagus.
“Ah mana mungkin, kita kan sahabatan ya kali dia suka sama gue,” Helga menyangkal.
“Jangan salah loh Hel, banyak kok kasus sahabat jadi cinta, awas lo juga nanti baper,” ucap Resa. Hani, Lily, dan Bagus pun mengangguk setuju.
“Ah ngomong apaan sih kalian, gak mungkin lah gue suka sama si Gilang.” Balas Helga.
“Mulutmu Harimaumu Hel, aummmm” kata Hani dengan gaya mencakar seperti harimau. Semuanya tertawa melihat tingkah laku Hani saat itu.
Sementara di toilet …
“Arghhh gue kenapa sih, kok gue jadi cemburu denger dia udah jadian,” ucapku menatap cermin wastafel sambil mengacak-ngacak rambutku.
“Lo knp? Bentar bukannya lo temennya Helga kan?” tanya seseorang itu.
“Iya gue temennya Hel…”
“Kenalin gue Ardi pacarnya Helga anak kelas XI IPS 1” potongnya.
“Oh lo yang gue liat di parkiran tadi, ngomong-ngomong selamat ya buat kalian berdua, langgeng terus,”ucapku dengan senyuman yang agak memaksa.
“Thanks bro, yaudah gue ke kelas duluan ya, salam kenal dari gue,” ucapnya sambil meninggalkan toilet.
“Anak IPS? Bentar, gue kayaknya gak asing ya dengan nama dia,”kataku sambil memegangi kening berusaha mengingat nama itu. “Gue inget! Dia Ardi, kelas H waktu SMP dulu. Gawat nih, dia cowok gak bener dia tuh playboy dari SMP nya, banyak korban rayuan dia. Gue harus kasih tau Helga, harus!” ucapku sambil berlari bergegaspergi ke kelas.
Sambil menarik tangan Helga, “Ikut gue sekarang, gue mau ngomong sama lo penting!”
“Apaan sih Lang, lepasin tau ah, kalo mau ngomong ya disini aja,”
“Gue cuma mau ngobrol berdua sama lo, ini soal Ardi, ayo!” ajakku.
“Wadaw pertarungan akan segera terjadi, haha.” celetuk Bagus.
“Apaan sih lo Gus!” heran Helga.”Yaudah ayo!” sambungnya.
Sekarang aku dan Helga berada di kantin, tidak begitu ramai saat ini.
“Lo mendingan putusin si Ardi Hel, dia cowok yang gak bener!” pintaku.
“Apaan sih Lang! Seenaknya aja nyuruh orang lain putus. Atas dasar apa lo bilang kayak gitu hah?” bentaknya.
“Gue tau Ardi Hel, dia orang gak bener, dia dulu sekolah di SMP yang sama dengan gue, dia plyaboy suka mainin hati cewek Hel, lo tolong percaya sama gue,”jelasku.
“Lo apa-apain sih? Dia tuh orang yang baik, dia perhatian sama gue. Udah ah gue pusing denger ocehan lo,” ucapnya meninggalkanku.
“Hel? Helga?” panggilku yang tidak di dengar sama sekali oleh Helga.
Di sebrang sana ada seseorang yang memperhatikan aku dan Helga sedari tadi. “Gue harus lapor ini semua sama Ardi,” omongnya.
***
Cerita selanjutnya…