
Hal Pertama
Tak terasa tiga bulan berlalu aku bersekolah di sana dan ujian tengah semester siap menghadangmu di depan. Memang, hari-hari yang dilalui selama tiga bulan itu begitu menguras jiwa dan pikiranku. Menyenangkan, menyebalkan, menyedihkan semua campur aduk lebur menjadi satu kesatuan. Ada momen yang sangat menjengkelkan bagiku, saat itu aku sedang berada di kantin sendirian. Namun, entah mengapa Amin dan gerombolannya datang menghampiriku dan menumpahkan jus jeruk tepat ke atas kepalaku. Sontak aku kaget dan hanya terdiam. Aku malu menjadi pusat perhatian kala itu, ingin ku menangis, ingin ku mengadu, inginku teriak, inginku membalas tapi aku takut, terlalu takut untuk itu. “Dasar cupu!” ucapnya begitu saja dan pergi meninggalkan.
Saat itu aku langsung pergi ke toilet untuk sekedar mengeringkan bajuku.
Kring … kring … kring …
“Lu nggak papa tah?” tanya Angga.
“Gue? Nggak papa Cuma deg-degan aja gua entah kenapa gugup gitu mau ujian ini,” balasku dengan sebuah senyum kepalsuan.
“Syukur deuh kalo nggak papa. Btw, kasih tau ya kalo gue gak tau hehe,” kata Angga sambil menunjukkan deretan giginya yang berwarna suci itu.
“Kalo gue mau ngasih tau ya Ga,” jawabku hanya terkekeh.
Aku mengerjakan soal-soal ujian dengan khusyu dan teliti. Soalnya sesuai ekspektasi, semuanya sudah aku pelajari sehingga aku bisa dengan mudah mengerjakan soal ini secepat kilat.
“Baik anak-anak waktu tersisa lima menit lagi, periksa lagi jawaban kalian. Bagi yang sudah boleh langsung dikumpulkan dan langsung istirahat saja,” seru Pak Adi, guru Matematika.
“Lang, nomor 25 isinya apaan? Gue lupa,” tanya Angga dengan wajah mengenaskan.
“Lupa apa lupa? Kepo lo ah, udah gue mau ngumpulin, panas pantat gue duduk mulu dari tadi,” jawabku dengan senyum mengejek.
“Pliss Lang satu lagi gue nih, tolonglah sobatmu ini,” pinta Angga dengan puppy eyes-nya.
“Jijik gue liat lo,” jawabku bergedik geli. “Yaudah, nomor 25 jawabannya C,” sambungku.
“Waktu sudah habis, ayo semuanya kumpulkan lembar jawaban ujian kalian,”
Tak lama setelah itu bel istirahat berbunyi, semuanya langsung menuju kantin.
“Gila tuh soal nomor 25, gue puyeng gak nemu-nemu isinya, jadi gue ngasal deh isinya D,” Okta menggerutu sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Gue nemu tadi soal mudah itu, isinya nol dan jawabannya C,” jawabku dengan seenaknya saja.
“Hah? Nol? Sumpah lo! Gila soal panjang gitu isinya cuma nol, Ya Allah berilah hidayah bagi yang membuat soal itu gak baik membingungkan seroang murid, tolong aim Ya Allah,” kata Okta kaget dan dia langsung menengadahkan tangannya.
“Helehh, itu mah lo nya aja yang oon, kalo gak bisa ya gak bisa kali malah nyalahin Pak Adi, kena azab baru tau rasa lo!” ucap Sindi nyolot.
“Selow bu selow, sama aja kayak lo tadi juga gitu, gak ngaca!” balas Okta sambil menoyor jidat Okta.
“Hehehe. By the way any way busway, lo diem aja Ga dari tadi, gimana menurut lo ulangannya?” sambungnya.
“Kalo gue sih nyantai aja tadi, ya kalo bisa dikerjain kalo enggak ya ngerjain juga,” jawab Angga begitu santai.
“Pala lo peang, orang lo tadi nanyain ke gue,”
“Cuma satu nomor doang Lang, pelit lo,”
Kring … kring … kring …
“Udah-udah, yuk balik ke kelas, dua pelajarang lagi. Semangat!” ajak Sindi.
Ujian tengah semester berlangsung selama enam hari dan seminggu setelahnya akan dibagikan result ujian tersebut.
***